Brrrrruuuummmmmmmm, melihat indikator bensin motor yang berkedip-kedip (karena tinggal dikit bensinnya) lampu sein kiri dinyalakan. Menepi sambil menuju petugas yang akan mengisi bensin. Mesin motor dimatikan, ambil kunci kemudian buka Jok motor. Tutup tangki bensin pun dibuka. Uang dipersiapkan untuk membayar bensin.
Tiba-tiba dari sebelah kanan ibu-ibu yang lumayan masih muda datang langsung ambil alih posisi menjadi yang terdepan muka masam pun tiba-tiba menghampiri wajah saya.
Dalam hati berkata, “eiittt, enak banget ibu ini ya. Saya yang udah antri dari tadi nunggu 4 motor yang mau isi bensin juga saya rela antri..”
Ibu itu tanpa merasa bersalah langsung memesan “isi 5000 pak” kepada pentugas SPBU. Dan saya pun Cuma bisa menggelengkan kepala yang masih memakai helm fullface “hmmmmmmm”.
Dari kisah saya diatas, mari kita bersama-sama berpikir dan berusaha mengambil pesan yang ada dalam cerita tersebut.
Kerap kali kita mendengar atau bahkan kita ucap, kita mengajak untuk melaksanakan atau menerapkan bucaya antri. Budaya antri ini sering kita jumpai di tempat-tempat umum. Budaya seperti inilah yang seharusnya kita selalu terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari penggalan cerita diatas tadi, kita dapat melihat bahwa sudah sering terlupakan atau memang kita ga mau tau tentang budaya antri ini. Pantas apabila di suatu tempat yang memerlukan untuk menunggu, sebaiknya dilakukan antrian dan tak sedikit yang menerapkan pemberlakuan nomor antrian.
Sering kita lakukakan mengantri di pusat-pusat keramaian, misalnya ketika menunggu angkutan, menggunakan ATM, melakukan transaksi di Bank, mengirimkan surat atau parsel melalui kantor pos, membeli barang di toko, ataupun menggunakan telepon di wartel, antrian membeli BBM (seperti cerita diatas) dan lain sebagainya. Karakteristik umum dari berbagai contoh yang nyata tersebut adalah bahwa sejumlah kesatuan fisik sedang berusaha untuk menerima pelayanan dari fasilitas yang terbatas (pemberi pelayanan) yaitu harus menunggu gilirannya menerima pelayanan.
Antrian itu diberlakukan sebenarnya bukan semata-mata kita membatasi waktu, namun pepatah siapa cepat dia dapat sering disalah artikan dengan seringnya serobot ketika kita dituntut untuk berlaku antri.
Saya mencoba share beberapa manfaat antri adalah sebagai berikut:
1. Membiasakan untuk menghargai orang lain.
Dengan antri kita bisa menghargai orang lain, kenapa demikian???karena jika kita mendapatkan urutan yang berada di belakang, maka kita harus mentaatinya. Mengahrgai seseorang yang sudah rela berada dan menunggu sebelum kita menunggu.
2. Menanamkan rasa malu untuk mengambil hak orang lain.
Ketika kita menyerobot antrian, maka saat itu pula dapat dikatakan bahwa seseorang tidak memiliki toleransi kepada orang lain. Sudah tidak punya rasa malu kepada seseorang Karena telah mengambil hak orang lain.
3. Menanamkan sikap tepat waktu.
Dengan antri maka setidaknya sudah melakukan disiplin, yaitu disiplin waktu. Kenapa bisa dikatakan demikian??kebanyakan orang tidak suka menunggu dengan waktu yang cukup lama, maka dari itu, untuk menghindari waktu tunggu yang lama kita akan lebih berangkat lebih awal.
4. Melatih sikap dan sifat sabar.
Dengan antri, kita akan terlatih menjadi pribadi yang sabar. Sabar untuk menunggu untuk sesuatu yang pasti.
5. Menampakkan budaya rapi.
Antri bisa menunjukkan budaya rapi, coba saja kita lihat misalkan kita sedang berada di jalan, jika tidak mau antri maka akan terlihat sangat semrawut.
Mari kita mulai untuk melakukan budaya antri, akan sangat terlihat tertib jika kita melakukannya. Keteraturan akan sangat kita lihat pada saat kita melakukan antri. Semut yang banyak bisa kita lihat berbaris rapi pada saat mereka berjalan bersama-sama.
Semoga tulisan kali ini bermanfaat bagi kita semua. ones
No comments:
Post a Comment